Minggu, 15 Januari 2012

Cegah Hepatitis A, Septic Tank Harus Jauh dari Sumber Air



img
Sejak awal Desember 2011, hepatitis A telah menyerang Yogyakarta, tepatnya di Kecamatan Nanggulan, Kulonprogo. Timbulnya penyakit ini dinilai berhubungan dengan faktor lingkungan antara lain penampungan tinja yang dekat sumber air.

Sampai saat ini, total terdapat 94 kasus yang terjadi di wilayah yang terletak di ujung barat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut. Untungnya, semua pasien telah tertangani dengan baik dan saat ini tinggal 3 orang yang masih sakit dan mendapat perawatan.

Merebaknya penyakit hepatitis A di Kulonprogo dimulai sejak pekan ke-46 tahun 2011 atau sekitar akhir Desember 2011. Dalam emailnya untuk wartawan, Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kemenkes, Prof Dr Tjandra Yoga Aditama mengatakan puncaknya terjadi pada pekan ke-52, dengan jumlah pasien yang dirawat mencapai 28 orang.

Hepatitis A merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang disebarkan secara fecal-oral atau melalui tinja penderita yang mencemari makanan, bukan melalui aktivitas seksual atau melalui transfusi darah. Hepatitis A paling ringan dibanding jenis hepatitis yang lain.

"Hepatitis A ditularkan lewat oral, dan tidak pernah terjadi kasus ini di di Kulonprogo sebelumnya. Kami menduga ada warga yang datang dari luar, kemudian tidak sengaja menularkan virusnya," kata dr Th Baning Rahayujati, MKes, Kepala Seksi Surveilans Dinas Kesehatan Kulonprogo.

dr Baning juga menyarankan kepada masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan dan menjaga sanitasi, terutama tempat penampungan tinja sebaiknya ditempatkan jauh dari sumber air. Sebelumnya, wabah leptopsirosis juga pernah menyerang Kulonprogo pada bulan Agustus-September 2011. Leptopsirosis ditularkan dari tikus kepada manusia lewat medium air.

Masalah sanitasi ini juga diamini oleh Kepala Puskesmas Nanggulan, dr Bangun. Menurutnya, beberapa warga memiliki tempat penampungan tinja yang dekat dengan kolam. Hal ini membuat virus hepatitis A menyebar lewat air yang terkontaminasi dan tidak disterilkan dengan baik.

Klorin Dalam Kolam Renang Dikaitkan Dengan Kerusakan Paru



img
Perenang profesional menunjukkan peradangan paru-paru mirip dengan pasien asma dan menunjukkan peningkatan sensitifitas terhadap alergen seperti bulu hewan peliharaan. Para peneliti percaya paparan klorin jangka panjang dapat menyebabkan perubahan paru-paru.

Perenang yang berlatih di dalam kolam renang yang diklorinasi mungkin memiliki perubahan paru-paru yang mirip dengan yang terlihat pada orang dengan asma ringan. Hal tersebut merupakan sebuah hasil studi baru.

Peneliti dari Perancis dan Kanada telah membandingkan uji jaringan paru-paru dan pernapasan dari 23 perenang Kanada, yang rata-rata berusia 21 tahun. Pengambilan sampel jaringan dan uji dilakukan selama musim ketika perenang tidak sedang berlomba.

Tim yang dipimpin oleh Valerie Bougault di Lille 2 University of Health and Law di Perancis menemukan bahwa, jaringan sampel yang diambil dari paru perenang terdapat sel kekebalan yang terkait dengan asma dan alergi sebagai jaringan paru-paru dari subyek sehat. Jumlah tersebut mirip dengan yang ditemukan dalam kelompok dengan asma ringan.

Perenang dan penderita asma juga menunjukkan bukti jaringan parut di paru-paru. Sedangkan dalam kelompok yang terdiri dari orang yang bukan perenang yang sehat tidak menunjukkan adanya jaringan parut.

"Studi ini adalah yang pertama untuk menunjukkan bukti langsung kerusakan jalan napas berhubungan dengan berenang di kolam yang diklorinasi," kata Alfred Bernard, seorang ahli toksikologi di Catholic University of Louvain in Brussels, Belgia.

"Perubahan yang terjadi di paru-paru perenang belum jelas," kata Dr. Sally Wenzel, seorang pulmonologist di University of Pittsburgh, Reuters Health seperti dilansir dari HealthNews, Senin (16/1/2012).

Peradangan jaringan paru-paru tidak dikaitkan dengan gejala asma yang sebenarnya, seperti batuk dan mengi, atau kesulitan bernapas selama tes medis yang digunakan untuk menentukan fungsi paru-paru. Namun, penelitian sebelumnya telah menghubungkan paparan bahan kimia kolam renang untuk untuk perenang yang memiliki alergi pernapasan dan asma.

Sementara bertindak sebagai disinfektan, klorin bereaksi dengan berbagai bahan kimia dari keringat, urin, dan rambut. Proses tersebut akan membentuk produk sampingan klorin, beberapa produk tersebut berbahaya bagi kesehatan manusia.

"Produk sampingan tersebut sangat stabil dan dapat melewati air dan berpindah ke udara," kata Ernest Blatchley, seorang insinyur lingkungan dari Purdue University in West Lafayette, Indiana.

Perenang profesional kemungkinan menghirup sejumlah besar produk sampingan klorin ketika berenang di kolam renang. Paparan senyawa klorin dalam kolam renang indoor dapat membuat perenang lebih sensitif terhadap alergen seperti bulu hewan peliharaan, serbuk sari, dan debu.

"Memang, sekitar 50-65 persen dari perenang profesional adalah peka terhadap alergen yang umum, dibandingkan dengan 29-36 persen orang dari populasi umum. Sementara paparan alergen dapat menyebabkan perubahan pada jaringan paru-paru, kami juga menemukan perubahan dalam jaringan paru-paru perenang non alergi. Sejumlah 18 dari 23 perenang setidaknya memiliki salah satu alergi. Hal ini menunjukkan bahwa paparan produk sampingan klorin sendiri mungkin menyebabkan kerusakan jaringan," kata para peneliti.

"Sementara dampak dari paparan produk samping klorin pada paru-paru masih belum jelas, kemungkinan manfaat dari latihan lebih besar daripada potensi risiko yang ditimbulkan dengan berenang di kolam diklorinasi, pada mereka dengan atau tanpa asma. Namun, ada tindakan pencegahan tertentu yang dapat mengambil semua perenang di kolam renang untuk membatasi paparan bahan kimia berbahaya. Sebaiknya menghindari kolam renang dengan bau kaporit yang kuat di udara. Hal tersebut dapat merupakan tanda bahan kimia di kolam renang dikelola dengan buruk," kata para peneliti.

Hasil penelitian tersebut telah diterbitkan dalam Journal of Allergy and Clinical Immunology.

Selasa, 10 Januari 2012

Sirosis Hati, Terbentuknya Jaringan Parut Dalam Hati



img

Sirosis hati adalah jaringan parut di hati. Hati adalah organ besar yang terletak di perut bagian atas. Hati melakukan beberapa fungsi penting, seperti detoksifikasi zat-zat berbahaya dalam tubuh, memurnikan darah, dan menyimpan nutrisi penting.

Sirosis terjadi sebagai respons terhadap kerusakan hati kronis. Dengan sirosis ringan, hati dapat memperbaiki dirinya sendiri dan terus melakukan tugasnya. Tetapi jika sirosis lebih parah, jaringan parut yang terbentuk lebih banyak, sehingga mustahil untuk berfungsi secara memadai.

Sejumlah penyakit dan kondisi dapat menyebabkan kerusakan hati kronis yang mengarah ke sirosis.

Penyebab

Sirosis disebabkan oleh jaringan parut yang terbentuk di hati sebagai respons terhadap kerusakan yang terjadi berulang kali selama bertahun-tahun. Setiap kali hati terluka, maka hati mencoba untuk memperbaiki dirinya sendiri.

Dalam proses ini, jaringan parut akan terbentuk di hati. Ketika jaringan parut terbentuk, menjadi semakin sulit bagi hati untuk berfungsi secara memadai. Pada sirosis lanjut, hati tidak lagi dapat bekerja. Jika terjadi gagal hati maka dapat memerlukan transplantasi hati.

Berbagai macam penyakit dan kondisi dapat merusak hati dan menyebabkan sirosis, termasuk:

1. Penyalahgunaan alkohol kronis
2. Hepatitis B
3. Hepatitis C
4. Fibrosis kistik
5. Penghancuran saluran empedu (biliary cirrhosis primer)
6. Lemak yang terakumulasi dalam hati
7. Pengerasan dan jaringan parut pada saluran empedu (primary sclerosing cholangitis)
8. Ketidakmampuan untuk memproses gula dalam susu (galaktosemia)
9. Penumpukan besi dalam tubuh (hemochromatosis)
10. Penyakit hati yang disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh (hepatitis autoimun)
11. Parasit yang umum di negara berkembang (schistosomiasis)
12. Saluran empedu terbentuk buruk (atresia bilier)
13. Masalah penyimpanan dan pelepasan energi oleh sel-sel (penyakit penyimpanan glikogen)
14. Terlalu banyak tembaga yang terakumulasi dalam hati (penyakit Wilson)

Gejala

Sirosis seringkali tidak memiliki tanda atau gejala sampai kerusakan hati telah luas. Tanda dan gejala yang mungkin terjadi, termasuk:

1. Kelelahan
2. Mudah mengalami perdarahan
3. Mudah memar
4. Cairan terakumulasi dalam perut
5. Kehilangan nafsu makan
6. Mual
7. Pembengkakan di kaki
8. Berat badan

Pengobatan

Pada sirosis dini, dimungkinkan untuk meminimalkan kerusakan pada hati dengan mengobati penyebab yang mendasari. Sebagai contoh:

1. Pengobatan untuk ketergantungan alkohol
2. Obat-obatan untuk mengontrol hepatitis

Dokter akan bekerja untuk mengobati komplikasi dari sirosis, seperti:

1. Kelebihan cairan dalam tubuh
2. Peningkatan tekanan dalam vena portal dan pembuluh darah kecil di sekitarnya
3. Infeksi
4. Skrining kanker hati
5. Tingginya kadar racun dalam darah (ensefalopati hepatik)

Orang dengan sirosis yang telah lanjut mungkin memerlukan transplantasi hati jika hati mereka tidak lagi berfungsi (gagal hati). Sebuah transplantasi hati merupakan prosedur untuk pengambilan hati dan menggantinya dengan hati yang utuh dari donor yang telah meninggal atau dengan bagian dari hati dari donor yang masih hidup.

Sumber: MayoClinic

Corsamox, Obat untuk Berbagai Infeksi Bakteri



img

Corsamox mengandung amoxycillin trihydrate. Amoxycillin digunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi bakteri. Obat ini adalah golongan antibiotik jenis penisilin. Obat ini bekerja dengan menghentikan pertumbuhan bakteri.

Antibiotik ini hanya bekerja untuk infeksi bakteri dan tidak akan bekerja untuk infeksi virus, seperti virus flu. Penggunaan yang tidak perlu atau penyalahgunaan antibiotik apapun dapat menyebabkan efektivitasnya menurun.

Amoksisilin juga dapat digunakan dengan obat lain untuk mengobati lambung atau tukak usus yang disebabkan oleh H. pylori bakteri dan untuk mencegah kekambuhan ulkus.

Komposisi
Mengandung amoxycillin trihydrate

Indikasi

1. Infeksi saluran pernapasan
2. Infeksi saluran pencernaan (GIT)
3. Infeksi usus
4. Infeksi ginekologi
5. Infeksi kardiovaskular
6. Meningitis
7. Osteomielitis
8. Infeksi kulit
9. Erysipelas

Dosis

1. Dewasa
Infeksi ringan hingga sedang: 250-750 mg 3 kali sehari.

2. Anak
25-75 mg/kg berat badan setiap hari dalam 3 atau 4 dosis terbagi.

Sumber: WebMD, dari berbagai sumber

Senin, 09 Januari 2012

Demam Berdarah

Hingga saat ini demam berdarah dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia. Penyebaran penyakit ini semakin luas dan insidennya cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan, sejak 1996 telah terjadi pergeseran kasus dari usia anak-anak ke usia dewasa.

Demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang ditemukan di daerah tropis, termasuk Indonesia. Penyebabnya adalah infeksi virus dengue yang termasuk group B Arthropod borne virus (arboviruses) dan sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviridae yang memiliki empat serotype (den-1, den-2, den-3, dan den-4). Virus yang banyak berkembang di masyarakat adalah serotype virus den-1 dan den-3.

Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut.

Manifestasi klinik dari infeksi dengue sangat bervariasi dari asimptomatik (tidak jelas gejalanya), demam dengue, sampai yang berat yakni demam berdarah dengue (DBD) dan dengue syok sindrom (DSS). Demam dengue ditandai dengan demam tinggi mendadak 3-7 hari, mialgia, sakit kepala, rash (kemerahan pada kulit) yang menyertai leukopenia (jumlah sel darah putih rendah) dan trombositopenia (jumlah trombosit rendah) dalam berbagai derajat.

Sebagai patokan untuk diagnosis DBD, WHO (1986) telah menetapkan kriteria diagnosis yang terdiri dari kriteria klinik dan laboratorik. Penggunaan kriteria ini dimaksudkan untuk mengurangi diagnosis yang berlebihan atau overdiagnosis. Kriteria diagnosis DBD tersebut adalah sebagai berikut :

KRITERIA KLINIS
:
  • Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari,
  • Terdapat menifestasi perdarahan, termasuk uji tourniquet/Rumple Leed positif (petekie lebih dari 10 bintik pada diameter 5 cm), petekie (bintik-bintik merah pada kulit), ekimosis (kemerahan seperti ptekie tetapi lebih besar), epistaksis (mimisan), perdarahan gusi, hematemesis (muntah darah) dan/atau melena (berak darah),
  • Pembesaran hati atau hepatomegali. Kemungkinan penyebabnya adalah pelebaran pembuluh darah pada vena hepatika atau edema pada vesika felea,
  • Syok, ditandai nadi lemah dan cepat serta penurunan tekanan nadi, tekanan darah rendah (hipotensi), kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak gelisah. Syok disebabkan karena pelebaran pembuluh darah akibat kelainan permeabilitas pembuluh darah.
KRITERIA LABORATORIUM :
  • Penurunan jumlah trombosit (trombositopenia) 100.000/mmk atau kurang. Pada umumnya trombositopeni terjadi sebelum peningkatan hematokrit dan terjadi sebelum suhu turun. Jumlah trombosit di bawah 100.000/mmk biasanya dijumpai antara hari ketiga sampai ketujuh demam;
  • Hemokonsentrasi, dapat dilihat dari peningkatan nilai hematokrit 20% atau lebih dari normal;
  • Penurunan jumlah sel darah putih (leucopenia). Leukopenia hampir selalu ada pada DBD, umumnya penurunannya terjadi antara 3.000 – 5.000 / mmk walau jumlahnya mungkin dapat menurun sampai 1.200/mmk. Jumlah leukosit total menurun selama periode demam dan jumlah terendah dijumpai pada hari kelima demam;
  • Diagnosis serologis Pada dasarnya uji serologis digunakan untuk melihat kenaikan titer antibodi fase konvalescen dan fase akut dalam serum penderita. Dikenal lima uji serologis yang biasa dipakai untuk deteksi infeksi virus dengue, yaitu : HI tes (Haemagglutination Inhibition test), CF test (Complement Fixation test), NT test (Neutralization Test), IgM dan IgG anti dengue;
  • Diagnosis virologisDiagnosis laboratorium virologi untuk infeksi virus dengue adalah dengan isolasi virus. Spesimen untuk Isolasi virus adalah specimen yang berasal dari tubuh penderita, seperti darah/serum, plasma, buffycoat, jaringan autopsi dari kasus yang meninggal dan nyamuk yang dikumpulkan dari alam. Selanjutnya spesimen tersebut ditanam pada biakan jaringan nyamuk atau biakan jaringan manusia, atau disuntikkan pada nyamuk. Identifikasi virus dilakukan dengan mengamati adanya cytopathic effect (CPE) pada biakan jaringan.

Dari kriteria pertama (klinis) ditambah trombositopenia dan hemokonsentrasi sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DBD. Infeksi dengue tanpa disertai trombositopenia dan hemokonsentrasi dinamakan Demam Dengue atau Dengue Fever


Waspadai Tanda dan Gejala DBD

Banyak orang mengalami kondisi fatal karena menganggap ringan gejala-gejala DBD yang kadang-kadang mirip dengan flu atau tipus. DBD dapat diketahui dengan memperhatikan tanda-tanda dan gejala seperti berikut : demam yang muncul secara tiba-tiba disertai sakit kepala berat, sakit pada sendi dan otot (myalgia dan arthralgia) dan bintik-bintik merah terang (petechie). Selain itu, bisa juga muncul sakit perut, rasa mual, muntah-muntah atau diare, pilek ringan disertai batuk-batuk. Segera konsultasi ke dokter apabila muncul tanda-tanda dan gejala tersebut, apalagi jika mengalami demam tinggi selama 3 hari berturut-turut.


Pencegahan

Belum ada vaksin untuk demam berdarah. Untuk mencegah DBD diperlukan upaya-upaya pengendalian vektor, yaitu memotong siklus hidup nyamuk Aedes dengan cara :
  • Menguras bak mandi sekurang-kurangnya seminggu sekali,
  • Menutup wadah yang dapat menampung air,
  • Mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air dan menjadi sarang perkembangan jentik-jentik nyamuk,
  • Mengganti air vas bunga sekurang-kurangnya seminggu sekali,
  • Mengganti air di tempat minum burung sekurang-kurangnya seminggu sekali,
  • Memelihara ikan di tempat-tempat penampungan air,
  • Mengosongkan air pada kolam yang tidak dipakai atau pot bunga,
  • Menabur bubuk abate atau yang sejenis pada tempat-tempat penampungan air (mis. sumur, bak penampungan air) untuk mematikan jentik-jentik nyamuk sehingga tidak berkembang menjadi nyamuk dewasa,
  • Fogging atau pengasapan untuk mematikan nyamuk dewasa.
Selain upaya-upaya di atas, perlu dilakukan upaya untuk menjaga kesehatan tubuh dengan cara melakukan pola hidup sehat, seperti makan makanan bergizi, istirahat yang cukup, olah raga teratur, dan minum vitamin atau suplemen jika memang diperlukan. Selain itu hindari aktifitas-aktifitas yang dapat menurunkan stamina, misalnya begadang, bekerja tak kenal waktu, hujan-hujanan, dsb.

Jika mengalami demam, segera berikan obat penurun panas, istirahat yang cukup, makan makanan yang bergizi dan banyak mengasup cairan (minum). Segera konsultasikan ke dokter jika muncul gejala-gejala seperti di atas. Jika terlihat tanda-tanda syok, segera bawa penderita ke rumah sakit agar cepat mendapatkan penanganan medis.

Eflagen, Obat untuk Obati Nyeri Ringan Hingga Sedang



img

Eflagen mengandung kalium diklofenak. Diklofenak adalah obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID) digunakan untuk mengobati nyeri ringan hingga sedang. Kalium diklofenak, merupakan turunan asam benzeneacetic, dengan rumus kimia 2 - [(2,6-dichlorophenyl) amino] benzeneacetic acid, garam monopotassium. Berat molekul 334,25. Rumus molekul adalah C14H10Cl2NKO2.

Tiap tablet kalium diklofenak, dimaksudkan untuk pemberian melalui mulut (per oral). Tablet kalium diklofenak adalah obat yang menunjukkan aktivitas anti inflamasi, analgesik, dan antipiretik.

Mekanisme aksi dari tablet kalium diklofenak, seperti obat dari golongan NSAID lainnya, tidak sepenuhnya dipahami, tetapi mungkin terkait dengan penghambatan prostaglandin sintetase.

Komposisi

Mengandung kalium diklofenak

Indikasi

1. Pengobatan jangka pendek keadaan inflamasi pasca trauma, seperti peradangan dan sakit pasca operasi.
2. Obat tambahan dalam kondisi peradangan parah, antara lain:
a. Peradangan telinga
b. Peradangan hidung
c. Peradangan tenggorokan

Dosis

1. Dewasa:
100-150 mg per hari dalam 2-3 dosis terbagi.

2. Anak diatas 14 tahun:
75-100 mg sehari.

Sumber: MayoClinic, Drugs.com, dari berbagai sumber