Darah disaring oleh jutaan nefron,
sebuah unit fungsional dalam ginjal. Hasil penyaringan (filtrat) berisi
produk-produk limbah (mis. urea), elektrolit (mis. natrium, kalium,
klorida), asam amino, dan glukosa. Filtrat kemudian dialirkan ke tubulus
ginjal untuk direabsorbsi dan diekskresikan; zat-zat yang diperlukan
(termasuk glukosa) diserap kembali dan zat-zat yang tidak diperlukan
kembali diekskresikan ke dalam urin.
Kurang
dari 0,1% glukosa yang disaring oleh glomerulus terdapat dalam urin
(kurang dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urin)
terjadi karena nilai ambang ginjal terlampaui (kadar glukosa darah
melebihi 160-180 mg/dl atau 8,9-10 mmol/l), atau daya reabsorbsi tubulus
yang menurun.
Prosedur
Metode carik celup (dipstick) dinilai lebih bagus karena lebih spesifik untuk glukosa dan waktu pengujian yang amat singkat. Reagen strip untuk glukosa dilekati dua enzim, yaitu glukosa oksidase (GOD) dan peroksidase (POD), serta zat warna (kromogen) seperti orto-toluidin yang akan berubah warna biru jika teroksidasi. Zat warna lain yang digunakan adalah iodide yang akan berubah warna coklat jika teroksidasi.
Prosedur uji yang akan dijelaskan di sini adalah uji dipstick. Kumpulkan spesimen acak (random)/urin sewaktu. Celupkan strip reagen (dipstick) ke dalam urin. Tunggu selama 60 detik, amati perubahan warna yang terjadi dan cocokkan dengan bagan warna. Pembacaan dipstick dengan instrument otomatis lebih dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan secara visual.
Prosedur
Uji
glukosa urin konvensional menggunakan pereaksi Benedict atas dasar
sifat glukosa sebagai zat pereduksi. Cara ini tidak spesifik karena
beberapa pereduksi lain dapat mengacaukan hasil uji. Beberapa gula lain
bisa menyebabkan hasil uji reduksi positif misalnya fruktosa, sukrosa,
galaktosa, pentose, laktosa, dsb. Beberapa zat bukan gula yang dapat
mengadakan reduksi seperti asam homogentisat, alkapton, formalin,
glukoronat. Pengaruh obat : streptomisin, salisilat kadar tinggi, vitamin C, dsb.
Metode carik celup (dipstick) dinilai lebih bagus karena lebih spesifik untuk glukosa dan waktu pengujian yang amat singkat. Reagen strip untuk glukosa dilekati dua enzim, yaitu glukosa oksidase (GOD) dan peroksidase (POD), serta zat warna (kromogen) seperti orto-toluidin yang akan berubah warna biru jika teroksidasi. Zat warna lain yang digunakan adalah iodide yang akan berubah warna coklat jika teroksidasi.
Prosedur uji yang akan dijelaskan di sini adalah uji dipstick. Kumpulkan spesimen acak (random)/urin sewaktu. Celupkan strip reagen (dipstick) ke dalam urin. Tunggu selama 60 detik, amati perubahan warna yang terjadi dan cocokkan dengan bagan warna. Pembacaan dipstick dengan instrument otomatis lebih dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan secara visual.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil uji dipstick adalah :
- Hasil uji positif palsu dapat disebabkan oleh : bahan pengoksidasi (hidrogen peroksida, hipoklorit, atau klorin) dalam wadah sampel urin, atau urine yang sangat asam (pH di bawah 4)
- Hasil negatif palsu dapat disebabkan oleh : pengaruh obat (vitamin C, asam hogentisat, salisilat dalam jumlah besar, asam hidroksiindolasetat), berat jenis urine > 1,020 dan terutama bila disertai dengan pH urine yang tinggi, adanya badan keton dapat mengurangi sensitivitas pemeriksaan, infeksi bakteri.
Nilai Rujukan
Uji glukosa urin normal = negatif (kurang dari 50mg/dl)
Masalah Klinis
Glukosuria umumnya berarti diabetes mellitus.
Namun, glukosuria dapat terjadi tidak sejalan dengan peningkatan kadar
glukosa dalam darah; oleh karena itu glukosuria tidak selalu dapat
dipakai untuk menunjang diagnosis diabetes mellitus. Jika nilai ambang
ginjal begitu rendah bahkan kadar glukosa darah normal menghasilkan
kondisi glukosuria, keadaan ini disebut sebagai glycosuria ginjal.
0 komentar:
Posting Komentar